Selasa, 09 November 2021

PGP - Angkatan 2 - Wilayah Kabupaten Lebak - Rosdiana CGP - Aksi Nyata Paket Modul 3.3

 3.3.a.10 Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid


 WAHANA KREATIF

Program yang mengintegrasikan Kearifan Budaya Lokal dalam Kegiatan Pembelajaran


 

Peristiwa ( Facts )

      Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Cibeber merupakan salah satu sekolah induk yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Lebak provinsi Banten dan berbatasan dengan provinsi Jawa Barat. Kondisi Lingkungan masyarakat sekitar sekolah merupakan masyarakat agraris dan berada di lingkup wilayah kasepuhan.

Sebelum Pandemi, beberapa guru di sekolah ini menyelenggarakan pembelajaran kreatif dengan memunculkan kearifan budaya local di antaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar sekolah atau sekitar tempat tinggal para siswa dan menghasilkan karya-karya yang dapat digunakan siswa sesuai kearifan budaya local,

Bahan-bahan tersebut diantaranya bambu, kulit batang pisang, kararas (daun pisang kering), kalakay (daun kering), batang padi kering, batok (tempurung kelapa), kerajinan simpay (sabut dan handam).

      Hal tersebut di atas menjadi inspirasi untuk membuat program sekolah yang memuat kearifan budaya lokal. Dirancanglah Wahana Kreatif sebagai program sekolah yang berdampak pada murid yang mengintegrasikan Kearifan Budaya Lokal dalam kegiatan Pembelajaran.

Contoh-contoh penggunaan bahan dan karya yang memuat kearifan budaya local :

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris : Siswa membawa beberapa benda yang ada di dapur rumahnhya seperti boboko (tempat nasi/mencuci nasi dari bambu) atau aseupan (kukusan bambu) dan lain-lain kemudian mempresentasikan di depan kelas mulai dari nama benda , kegunaan bahkan cara membuatnya.

Matematika dan IPA : Siswa membawa/membuat karya dan mengukur beberapa benda berbentuk bangun datar dan bangun ruang.

IPS : membuat peta menggunakan ayakan dan kalakay.

Seni Budaya dan Prakarya : membuat karya yang memiliki daya guna juga mengolah limbah bahan  keras seperti bambu, akar pohon yang mati, gedebog pisang & kararas juga batang padi kering.

 

Dokumen aksi nyata yang dilakukan :

 
 


Perasaan ( Feelings )

Dalam melaksanakan program Wahana Kreatif ini, para guru termasuk saya (sebagai Calon Guru Penggerak) merasa senang, sangat bersemangat dan termotivasi untuk mencari ide-ide baru yang kreatif dan inovatif agar bisa melibatkan sumber daya local dalam proses pembelajaran.

      Program ini dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua komunitas sekolah, seperti kepala sekolah sebagai penanggung jawab, para guru sebagai pengarah dan murid sebagai pelaksana.

      Murid diberi kebebasan untuk memilh bahan atau karya yang akan dibuat atau dipresentasikan dengan petunjuk dan arahan dari guru. Kegiatan ini bisa melibatkan masyarakat di sekitar sekolah. Monitor dilakukan oleh murid kepada murid dan untuk murid sendiri. Evaluasi melibatkan guru, kepala sekolah, dan masyarakat luar sekolah.

 

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan program Wahana Kreatif (Findings)

       Murid yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak lupa pada jati diri dan lingkungannya.

       Guru harus mempunyai sikap terbuka akan saran, memberikan kesempatan kepada murid seluas-luasnya untuk mengembangkan diri, dan mengarahkan murid dengan baik

       Kepala sekolah yang mendorong kepimpinan murid harus memiliki sikap bertanggung jawab, terbuka, dan memberikan kepercayaan terhadap langkah perbaikan dan pengembangan guru dan murid.

 

   Penerapan ke depan ( Future )

   Rencana perbaikan di masa mendatang :

-       mengevaluasi dan mengkaji ulang secara berkala setiap tahun mengenai kelemahan dan kelebihan dari program ini

-       mempertimbangkan manajemen resiko yang dihadapi selama pelaksanaan program

-       meningkatkan program menuju kewirausahaan agar dapat menghasilkan entreupreneur muda yang dapat membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan.

 

Lakukan yang terbaik di semua kesempatan yang kamu miliki

ROSDIANA

Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Lebak

 





Senin, 18 Oktober 2021

Koneksi Antar Materi Modul 3.3

 

3.3.a.9 Koneksi Antarmateri

Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid


Belajar Sepanjang Hayat

Rosdiana - Calon Guru Penggerak Angkatan 2

Kab. Lebak - Banten




3.3.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 


RANCANGAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

WAHANA KREATIF

Program yang mengintegrasikan Kearifan Budaya Lokal dalam Kegiatan Pembelajaran

 

Tahapan BAGJA / 5D


  1. 1.      Buat Pertanyaan

    Bagaimana memunculkan sikap kepemimpinan siswa dengan mengangkat kearifan budaya lokal.

    2.    Ambil Pelajaran

    Sebelum Pandemi beberapa guru di sekolah kami menyelenggarakan pembelajaran dengan memunculkan kearifan budaya local di antaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar sekolah atau sekitar tepat tinggal siswa dan karya-karya yang dapat digunakan siswa sesuai kearifan budaya local,

    Bahan-bahan tersebut diantaranya bambu, kulit batang pisang, kararas (daun pisang kering), kalakay (daun kering), batang padi kering, batok (tempurung kelapa), kerajinan simpay (sabut dan handam).

    Contoh-contoh penggunaan bahan dan karya yang memuat kearifan budaya local :

    Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris : Siswa membawa beberapa benda yang ada di dapur rumahnhya seperti boboko (tempat nasi/mencuci nasi dari bambu) atau aseupan (kukusan bambu) dan lain-lain kemudian mempresentasikan di depan kelas mulai dari nama benda , kegunaan bahkan cara membuatnya.

    Matematika dan IPA : Siswa membawa/membuat karya dan mengukur beberapa benda berbentuk bangun datar dan bangun ruang.

    IPS : membuat peta menggunakan ayakan dan kalakay.

    Seni Budaya dan Prakarya : membuat karya yang memiliki daya guna juga mengolah limbah bahan  keras seperti bambu, akar pohon yang mati, gedebog pisang & kararas juga batang padi kering.

    3.    Gali mimpi

           Murid yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak lupa pada jati diri dan lingkungannya.

           Guru harus mempunyai sikap terbuka akan saran, memberikan kesempatan kepada murid seluas-luasnya
    pengembangan diri, dan mengarahkan murid dengan baik

           Kepala sekolah yang mendorong kepimpinan murid harus memiliki sikap bertanggung jawab, terbuka, dan memberikan kepercayaan terhadap langkah perbaikan dan pengembangan guru dan murid

    4.    Jabarkan Program

    -  Program ini dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua komunitas sekolah, seperti kepala sekolah sebagai penanggung jawab, para guru sebagai pengarah dan murid sebagai pelaksana. Murid diberi kebebasan untuk memilh bahan atau karya yang akan dibuat atau dipresentasikan dengan petunjuk dan arahan dari guru. Kegiatan ini bisa melibatkan masyarakat di sekitar sekolah

    -  Monitor dilakukan oleh murid kepada murid dan untuk murid sendiri. Evaluasi melibatkan guru, kepala sekolah, dan masyarakat luar sekolah.

    5.    Atur Eksekusi

    Penanggung jawab dan mekanisme koordinasi
    Penanggung Jawab kegiatan: Kepala sekolah
    Pengarah : Dewan guru
    Pelaksana : Murid

     

    Manajemen Resiko

    Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:

    1.  Identifikasi jenis risiko, 

    Salah satu resikonya adalah factor keselamatan saat anak mencari bahan.

    2.  Pengukuran risiko

     Resiko tidak terlalu besar karena murid sudah terbiasa dengan bahan-bahan yang dicari, 

    3.  Melakukan strategi dalam pengendalian risiko 

    Memberi waktu yang cukup/Panjang untuk memberi kesempatan murid, meminta agar orangtua mendampingi anak saat mencari bahan-bahan di lungkungan alam

    4.  Melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

     

    Rencana MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting)

    a. Pertanyaan Kunci

    Pertanyaan Kunci

    Evaluasi Program

    (Diisi dengan pertanyaan  utama yang menjadi tujuan  evaluasi)

    1.    Sejauh apa program Wahana Kreatif ini berjalan sesuai  dengan tujuan utama ?

     

    2.    Seberapa banyak hambatan yang akan muncul dalam melaksanakan program Wahana Kreatif ini ?

     

    b. Fokus Monitoring

    Fokus Monitoring

    Pertimbangan Pemilihan

    Pertanyaan Utama 

    Monitoring

    Bagaimana kegiatan Wahana Kreatif ini dipimpin oleh Ketua Kelompok masing-masing ?

    Anggota Kelompok mengikuti arahan Ketuanya.

    Bagaimana sikap anggota Kelompok terhadap Ketua Kelompoknya ?

     

    c. Metode Penggalian Data

    Pertanyaan  Monitoring

    Sumber Informasi

    Metode

    Kapan/ 

    Bagaimana

    Apakah Ketua Kelompok menjalankan  perannya?

    Bagaimana respons  anggota Kelompoknya?

    Guru, murid

    Observasi

    Dimulai Bulan November 2021

     

    d. Strategi Pengolahan Data

    Pertanyaan 

    Monitoring

    Data yang 

    terkumpul

    Kesimpulan

    Catatan Khusus,  Pengecualian,dll

    Bagaimana 

    pembagian peran  dalam tim? Apakah  semua orang dalam  tim melaksanakan  perannya dengan  baik?

    Murid dibagi dalam kelompok dan masing-masing merencanakan sampai mempresentasikan wahana kreatif yang diinginkan

    Kegiatan diharapkan lancar

     

     

    e. Pembelajaran Program

    Faktor-Faktor Pendukung  Pelaksanaan Program

    Faktor-Faktor Penghambat  Pelaksanaan Program

    Pembelajaran

    Koordinasi tim yang baik

    Beberapa murid kurang percaya diri dalam presentasi

    Refleksi: untuk murid yang kurang percaya diri diposisikan oleh ketua kelompok pada bagian presentasi yang singkat

     

    f. Pelaporan Program

    LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM

    Gambaran Umum Program:

    Program Wahana Kreatif ini dilakukan setiap awal semester untuk kelas VII sebagai bagian peningkatan kemampuan verbal murid dan seterusnya program selaras dengan kelas VIII dan IX dilakukan sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran.

    Deskripsi Pelaksanaan Program:

    - Waktu Pelaksanaan : Dimulai awal November 2021

    - Strategi Pelaksanaan Program : Program Wahana Kreatif ini sebagai bentuk keinginan dan kepedulian pada kearifan budaya local yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya.

    - Faktor Pendukung dan Penghambat Program : Dukungan dari Kepala Sekolah, Guru dan Orang tua murid.

    - Hasil Pelaksanaan Program : Siswa memiliki sikap kepemimpinan yang mengenal jati dirinya dan selaras dengan kearifan budaya local.

    Evaluasi Program:

    Evaluasi Program di setiap akhir tahun.

    Pembelajaran Program:

    Dalam pelaksanaannya dengan arahan guru ternyata banyak siswa yang dapat memunculkan ide-ide kreatifnya karena sangat mengenal wahana yang diintegrasikan dalam pembelajaran.

     

    Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ketika kita bermimpi bersama, itu adalah awal sebuah kenyataan. Ketika kita bekerja bersama, mengikuti mimpi kita, itu adalah penciptaan surga di dunia

    Program Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Lebak

     

     

     


Sabtu, 16 Oktober 2021

Rancangan Aksi Nyata


3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Program Guru Penggerak Angkatan 2



                                       Rosdiana,S.Pd
                                            SMPN 2 Cibeber
                                            Kab.Lebak
                                            Banten

 


 

Sabtu, 18 September 2021

3.1.a Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri


Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Protap Triloka dalam Filosofi KHD yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani bukanlah hanya sekedar semboyan belaka tetapi juga merupakan juklak dan juknis dalam setiap proses Pendidikan dan pengajaran. Begitu juga dalam proses pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran haruslah bisa menjadi teladan yang memberi inspirasi, menjadi teman dalam membuat/menentukan sebuah karya/keputusan dan memberi motivasi/dorongan untuk dapat melaksanakan hasil keputusan Bersama.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam proses pembelajaran, saya sebagai guru selalu berusaha meningkatkan dan melaksanakan nilai-nilai yang ditanamkan. Dengan nilai-nilai Guru Penggerak : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, proses pengambilan keputusan akan lebih efektif. Pengambilan keputusan akan bervariasi sesuai permasalahan yang terjadi (adanya perbedaan dalam pemecahan masalah), tidak memaksakan kehendak (sasaran yang ingin dicapai relevan dengan pengambilan keputusan) dan pengambilan keputusan dilengkapi data yang mendukung.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching cukup efektif pada beberapa kasus. Dengan kegiatan coaching (bimbingan) pihak yang mengalami ketidaknyamanan dapat mengambil keputusan secara mandiri. Coaching model TIRTA yang digunakan dimulai dengan menanyakan tujuan  coaching kemudian melalui proses identifikasi masalah dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang membuat coachee memikirkan rencana aksi dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pertanyaan yang muncul dalam diri setelah pengambilan keputusan menjadi refleksi untuk proses pengambilan keputusan lainnya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pembahasan studi kasus melalui proses analisa terlebih dahulu apakah yang dihadapi adalah kasus dilema etika atau bujukan moral dengan mempertimbangkan pertentangan Benar vs Benar ataukah Benar vs Salah. Proses pengambilan keputusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan yaitu : mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (moral, sopan-santun, norma sosial), menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji regulasi/professional, Uji Intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian Paradigma Benar lawan Benar, melakukan Prinsip Resolusi dan Investigasi Opsi Trilema (mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada), membuat Keputusan kemudian melihat kembali Keputusan yang diambil dan merefleksikannya. Ada 4 paradigma dilema etika yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Untuk prinsip resolusi dapat menggunakan prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) atau Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil melalui 9 langkah pengambilan keputusan akan meminimalisir dampak negatif dari keputusan yang dihasilkan karena melalui tahapan-tahapan yang matang dan efektif. Keputusan yang ditetapkan bersama akan dilaksanakan bersama pula. Komunikasi akan terjalin erat mewujudkan lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang terjadi di antaranya menentukan apakah suatu kasus termasuk kategori dilema etika atau bujukan moral. Dan pada saat diketahui kasus tersebut adalah dilema etika muncul pertentangan yang terjadi karena kedua pilihan adalah benar. Akhirnya untuk mengatasi kesulitan tersebut kembali pada masalah perubahan paradigma dengan terlebih dahulu mensosialisasikan 4 paradigma dilema etika dalam lingkungan sekitar sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi dalam proses pengambilan keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan akan berpengaruh besar pada pengajaran yang memerdekakan murid. Setiap proses pengambilan keputusan mengacu pada konteks merdeka belajar dimana hasil keputusan bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil hendaknya memberi ruang pada murid untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran. Keputusan yang diambil juga memberi rasa nyaman sehingga para murid bebas berekspresi, berkarya sesuai kodrat masing-masing. Dan Guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi sehingga dapat menuntun kekuatan kodrat para murid dengan pengajaran yang memerdekakan mereka.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Maka Guru hendaknya selalu mengambil keputusan yang berpihak pada murid sehingga murid menjadi pribadi-pribadi merdeka yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pendidikan dan Pengajaran (menurut filosofi KHD) bersifat menuntun. Protap triloka Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso dan Tut wuri handayani merupakan juklak bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru diharapkan dapat menjadi inspirasi/tauladan, menjadi teman dan motivator yang dapat menuntun dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Dengan nilai-nilai Guru Penggerak : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, proses pengambilan keputusan akan lebih efektif. Pengambilan keputusan akan bervariasi sesuai permasalahan yang terjadi (adanya perbedaan dalam pemecahan masalah), tidak memaksakan kehendak (sasaran yang ingin dicapai relevan dengan pengambilan keputusan) dan pengambilan keputusan dilengkapi data yang mendukung.

Kegiatan coaching model TIRTA menjadi alternatif yang cukup efektif pada beberapa kasus yang dapat diselesaikan secara mandiri melalui tahapan-tahapan :

T      : Tujuan
 I      : Identifikasi
R      : Rencana aksi
TA    : Tanggung jawab

Jika para murid diibaratkan sebagai air, maka biarkan ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas Guru adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi para murid.

Beberapa kasus yang terjadi menimbulkan pertentangan antara benar lawan benar ( Dilema Etika) atau dapat juga benar lawan salah (Bujukan Moral). Kasus-kasus seperti ini sebaiknya diselesaikan melalui studi kasus yang mempertimbangkan pertentangan tersebut.

Ada 4 paradigma dilemma etika yaitu :

·         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Terdapat 3 prinsip Resolusi :

¨      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

¨      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

¨      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Dan ada 9 langkah pengambilan keputusan :

o   mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (moral, sopan-santun, norma sosial)

o   menentukan siapa yang terlibat

o   mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

o   pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji regulasi/professional, Uji Intuisi, uji publikasi, uji panutan)

o   pengujian Paradigma Benar lawan Benar

o   melakukan Prinsip Resolusi

o   Investigasi Opsi Trilema (mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada),

o   membuat Keputusan

o   melihat kembali Keputusan dan refleksikan

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang ditetapkan bersama akan dilaksanakan bersama pula. Komunikasi akan terjalin erat mewujudkan lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

Kesulitan yang terjadi di antaranya menentukan apakah suatu kasus termasuk kategori dilema etika atau bujukan moral. Akhirnya untuk mengatasi kesulitan tersebut kembali pada masalah perubahan paradigma dengan terlebih dahulu mensosialisasikan 4 paradigma dilema etika dalam lingkungan sekitar sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi dalam proses pengambilan keputusan.

Setiap proses pengambilan keputusan mengacu pada konteks merdeka belajar dimana hasil keputusan bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil hendaknya memberi ruang pada murid untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran.

Guru hendaknya selalu mengambil keputusan yang berpihak pada murid sehingga murid menjadi pribadi-pribadi merdeka yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru berperan besar dalam mewujudkan merdeka belajar.