Sabtu, 18 September 2021

3.1.a Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri


Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Protap Triloka dalam Filosofi KHD yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani bukanlah hanya sekedar semboyan belaka tetapi juga merupakan juklak dan juknis dalam setiap proses Pendidikan dan pengajaran. Begitu juga dalam proses pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran haruslah bisa menjadi teladan yang memberi inspirasi, menjadi teman dalam membuat/menentukan sebuah karya/keputusan dan memberi motivasi/dorongan untuk dapat melaksanakan hasil keputusan Bersama.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam proses pembelajaran, saya sebagai guru selalu berusaha meningkatkan dan melaksanakan nilai-nilai yang ditanamkan. Dengan nilai-nilai Guru Penggerak : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, proses pengambilan keputusan akan lebih efektif. Pengambilan keputusan akan bervariasi sesuai permasalahan yang terjadi (adanya perbedaan dalam pemecahan masalah), tidak memaksakan kehendak (sasaran yang ingin dicapai relevan dengan pengambilan keputusan) dan pengambilan keputusan dilengkapi data yang mendukung.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching cukup efektif pada beberapa kasus. Dengan kegiatan coaching (bimbingan) pihak yang mengalami ketidaknyamanan dapat mengambil keputusan secara mandiri. Coaching model TIRTA yang digunakan dimulai dengan menanyakan tujuan  coaching kemudian melalui proses identifikasi masalah dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang membuat coachee memikirkan rencana aksi dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pertanyaan yang muncul dalam diri setelah pengambilan keputusan menjadi refleksi untuk proses pengambilan keputusan lainnya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pembahasan studi kasus melalui proses analisa terlebih dahulu apakah yang dihadapi adalah kasus dilema etika atau bujukan moral dengan mempertimbangkan pertentangan Benar vs Benar ataukah Benar vs Salah. Proses pengambilan keputusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan yaitu : mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (moral, sopan-santun, norma sosial), menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji regulasi/professional, Uji Intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian Paradigma Benar lawan Benar, melakukan Prinsip Resolusi dan Investigasi Opsi Trilema (mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada), membuat Keputusan kemudian melihat kembali Keputusan yang diambil dan merefleksikannya. Ada 4 paradigma dilema etika yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Untuk prinsip resolusi dapat menggunakan prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) atau Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil melalui 9 langkah pengambilan keputusan akan meminimalisir dampak negatif dari keputusan yang dihasilkan karena melalui tahapan-tahapan yang matang dan efektif. Keputusan yang ditetapkan bersama akan dilaksanakan bersama pula. Komunikasi akan terjalin erat mewujudkan lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang terjadi di antaranya menentukan apakah suatu kasus termasuk kategori dilema etika atau bujukan moral. Dan pada saat diketahui kasus tersebut adalah dilema etika muncul pertentangan yang terjadi karena kedua pilihan adalah benar. Akhirnya untuk mengatasi kesulitan tersebut kembali pada masalah perubahan paradigma dengan terlebih dahulu mensosialisasikan 4 paradigma dilema etika dalam lingkungan sekitar sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi dalam proses pengambilan keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan akan berpengaruh besar pada pengajaran yang memerdekakan murid. Setiap proses pengambilan keputusan mengacu pada konteks merdeka belajar dimana hasil keputusan bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil hendaknya memberi ruang pada murid untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran. Keputusan yang diambil juga memberi rasa nyaman sehingga para murid bebas berekspresi, berkarya sesuai kodrat masing-masing. Dan Guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi sehingga dapat menuntun kekuatan kodrat para murid dengan pengajaran yang memerdekakan mereka.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Maka Guru hendaknya selalu mengambil keputusan yang berpihak pada murid sehingga murid menjadi pribadi-pribadi merdeka yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pendidikan dan Pengajaran (menurut filosofi KHD) bersifat menuntun. Protap triloka Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso dan Tut wuri handayani merupakan juklak bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru diharapkan dapat menjadi inspirasi/tauladan, menjadi teman dan motivator yang dapat menuntun dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Dengan nilai-nilai Guru Penggerak : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, proses pengambilan keputusan akan lebih efektif. Pengambilan keputusan akan bervariasi sesuai permasalahan yang terjadi (adanya perbedaan dalam pemecahan masalah), tidak memaksakan kehendak (sasaran yang ingin dicapai relevan dengan pengambilan keputusan) dan pengambilan keputusan dilengkapi data yang mendukung.

Kegiatan coaching model TIRTA menjadi alternatif yang cukup efektif pada beberapa kasus yang dapat diselesaikan secara mandiri melalui tahapan-tahapan :

T      : Tujuan
 I      : Identifikasi
R      : Rencana aksi
TA    : Tanggung jawab

Jika para murid diibaratkan sebagai air, maka biarkan ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas Guru adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi para murid.

Beberapa kasus yang terjadi menimbulkan pertentangan antara benar lawan benar ( Dilema Etika) atau dapat juga benar lawan salah (Bujukan Moral). Kasus-kasus seperti ini sebaiknya diselesaikan melalui studi kasus yang mempertimbangkan pertentangan tersebut.

Ada 4 paradigma dilemma etika yaitu :

·         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Terdapat 3 prinsip Resolusi :

¨      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

¨      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

¨      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Dan ada 9 langkah pengambilan keputusan :

o   mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (moral, sopan-santun, norma sosial)

o   menentukan siapa yang terlibat

o   mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

o   pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji regulasi/professional, Uji Intuisi, uji publikasi, uji panutan)

o   pengujian Paradigma Benar lawan Benar

o   melakukan Prinsip Resolusi

o   Investigasi Opsi Trilema (mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada),

o   membuat Keputusan

o   melihat kembali Keputusan dan refleksikan

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang ditetapkan bersama akan dilaksanakan bersama pula. Komunikasi akan terjalin erat mewujudkan lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

Kesulitan yang terjadi di antaranya menentukan apakah suatu kasus termasuk kategori dilema etika atau bujukan moral. Akhirnya untuk mengatasi kesulitan tersebut kembali pada masalah perubahan paradigma dengan terlebih dahulu mensosialisasikan 4 paradigma dilema etika dalam lingkungan sekitar sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi dalam proses pengambilan keputusan.

Setiap proses pengambilan keputusan mengacu pada konteks merdeka belajar dimana hasil keputusan bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil hendaknya memberi ruang pada murid untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran.

Guru hendaknya selalu mengambil keputusan yang berpihak pada murid sehingga murid menjadi pribadi-pribadi merdeka yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru berperan besar dalam mewujudkan merdeka belajar.